Chronic Dacryosistitis With Lacrimal Sac Fistula In Bali Mandara General Hospital
DOI:
https://doi.org/10.55129/jnerscommunity.v13i2.2757Abstrak
Dakriosistitis adalah peradangan kantung lakrimal yang disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimal. Dakriosistitis pada orang dewasa lebih banyak menyerang wanita. Dacryocystorhinostomy (DCR) adalah manajemen definitif bedah untuk dacryocystitis. Tingkat keberhasilan dikaitkan dengan usia dan durasi obstruksi. Wanita 69 tahun datang ke RS Bali Mandara dengan keluhan keluar cairan dari mata kiri dan lubang di hidung kiri atas sejak satu minggu yang lalu. Mula-mula keluhan diikuti epifora, nyeri, bengkak, kemerahan pada kulit, dan timbul sekret mukopurulen sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu sebelum pasien datang ke rumah sakit. Namun sekarang keluhan tersebut sudah tidak ada lagi. Pemeriksaan fisik pasien normal. Pemeriksaan oftalmologi ketajaman penglihatan 20/80 untuk mata kanan, 20/60 untuk mata kiri, tekanan intraokular normal untuk kedua mata. Pergerakan bola mata normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri kemerahan dan nyeri pada fistula sakus lakrimal. Dari pemeriksaan dia didiagnosis sebagai darcyocystitis kronis dengan fistula sakus lakrimal. Pada pasien dilakukan dacryocystorhinostomy eksternal (EXT - DCR) dan pemasangan silicon tube menggunakan anestesi umum. Penting untuk melanjutkan perawatan pada pasien untuk mencegah komplikasi dan kegagalan terapi. Dakriosistitis adalah peradangan pada kantung lakrimal akibat sumbatan pada duktus nasolakrimalis. Pengobatan untuk dacryocystitis dapat berupa farmakologis atau non-farmakologis. Pemberian antibiotik dengan dosis yang tepat dan kompres hangat merupakan terapi konservatif pada dakriosistitis akut. Pada dacryocystitis kronis, dacryocystorhinostomy (DCR) dapat mencegah kasus kekambuhan.
Referensi
Ali, M. J., Naik, M. N., & Honavar, S. G. (2012). External dacryocystorhinostomy: Tips and tricks. Oman Journal of Ophthalmology, 5(3), 191.
Anindya, R. P., & Dewi, A. M. K. (2018). Penatalaksanaan Endoscopic Dacryocystorhinostomi Pada Dakriostenosis. Medica Hospitalia: Journal of Clinical Medicine, 5(2).
Avdagic, E., & Phelps, P. O. (2020). Nasolacrimal duct obstruction as an important cause of epiphora. Disease-a-Month, 66(10), 101043.
Eslami, F., Ghasemi Basir, H. R., Moradi, A., & Heidari Farah, S. (2018). Microbiological study of dacryocystitis in northwest of Iran. Clinical Ophthalmology, 1859–1864.
Ilyas S. (2015). Ilmu Penyakit Mata.
Li, E. Y., Wong, E. S., Wong, A. C., & Yuen, H. K. (2017). Primary vs secondary endoscopic dacryocystorhinostomy for acute dacryocystitis with lacrimal sac abscess formation: a randomized clinical trial. JAMA Ophthalmology, 135(12), 1361–1366.
Luo, B., Li, M., Xiang, N., Hu, W., Liu, R., & Yan, X. (2021). The microbiologic spectrum of dacryocystitis. BMC Ophthalmology, 21(1), 1–7.
Masyarakat, D. G., & DJ, M. (2018a). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta. Kemenkes RI.
Masyarakat, D. G., & DJ, M. (2018b). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta. Kemenkes RI.
Nurladira, S. T. (2021a). Manajemen Dakriosistitis. Jurnal Medika Hutama, 3(01 Oktober), 1468–1474.
Nurladira, S. T. (2021b). Manajemen Dakriosistitis. Jurnal Medika Hutama, 3(01 Oktober), 1468–1474.
Pinar-Sueiro, S., Sota, M., Lerchundi, T.-X., Gibelalde, A., Berasategui, B., Vilar, B., & Hernandez, J. L. (2012). Dacryocystitis: systematic approach to diagnosis and therapy. Current Infectious Disease Reports, 14, 137–146.
Vaughan, D. G., Asbury, T., & Riordan, E. P. (1995). Oftalmologi umum, edisi 14. Widya Medika Jakarta, Indonesia.